Jumat, 08 April 2011
Senin, 07 Februari 2011
ng Merpati
Kabar burung
Merpati lambang cinta
Namun buntung
Simpati betambang duka
Gosip pagi di televisi
Merpati jalinan asmara
Tapi kasih tak pasti
Saksi perjalanan murka
Lidah orang bersahutan
Merpati itu suci
Pindah sarang berbarengan
Bertelur
Menetas
Lalu jadi burung kawakan
Apa yang suci?
Dasar tukang kawin
Pebincangan datuk
Merpati simbol kemakmuran
Sampai dibuatnya aku suntuk
Tetap merpati binatang sembarangan
Ribuan mata terpaku
Merpati putih berkicau
Indah menurut mereka
Menanjakan telinga pendengarnya
Damai bagi kalian
Masih saja aku sendirian
Merpati
Enyalah dariku
Kau cuma berbakhti
Tak bisa berpadu
Cinta antara dia dan daku
Merpati lambang cinta
Namun buntung
Simpati betambang duka
Gosip pagi di televisi
Merpati jalinan asmara
Tapi kasih tak pasti
Saksi perjalanan murka
Lidah orang bersahutan
Merpati itu suci
Pindah sarang berbarengan
Bertelur
Menetas
Lalu jadi burung kawakan
Apa yang suci?
Dasar tukang kawin
Pebincangan datuk
Merpati simbol kemakmuran
Sampai dibuatnya aku suntuk
Tetap merpati binatang sembarangan
Ribuan mata terpaku
Merpati putih berkicau
Indah menurut mereka
Menanjakan telinga pendengarnya
Damai bagi kalian
Masih saja aku sendirian
Merpati
Enyalah dariku
Kau cuma berbakhti
Tak bisa berpadu
Cinta antara dia dan daku
(Roil Jiwang Muhtadin : Jakarta, 15 Juni 2009)
Sumber: revolusisenja.indosastra.com
Sumber: revolusisenja.indosastra.com
Puisi Sahabat
Sahabat
Telah kau daki
Gunung kemerdekaan
Menuju sinar harapan
Kehidupan masa depan
Menuju kebahagian
Sahabat
Relung waktu telah lalu
Rindu hati ingin bertemu
Walau surya telah berlalu
Dirimu masih ku tunggu
Dalam paruh waktuku
Sahabat
Aku memuja seraya berdoa
Kesehatan dan keberkahan
Tetap menyertaimu
Bersama KuasaNya
Kau akan bahagia
Sahabat
Ketika hati ini bergeming
Gema Adzan berkumandang
Dikaulah yang membimbing
Ke Surau kecil desa
Bersujud kepadaNya
Hingga raga ini tenang
Sahabat
Sukma melemah
Jiwa berserah
Tak tahu arah
Terhentilah darah
Sahabat
Telah berujung riang
Gaung cinta persaudaraan
Telah kau tebarkan
Mengisi celah darah
Terpendam lubuk dalam
Sahabat
Lukisan kata tepat
Hembusan angin bertempat
Riasan duniawi bersifat
Dalam kota terpadat
Semoga masih sempat
Citra ini terdapat
Telah kau daki
Gunung kemerdekaan
Menuju sinar harapan
Kehidupan masa depan
Menuju kebahagian
Sahabat
Relung waktu telah lalu
Rindu hati ingin bertemu
Walau surya telah berlalu
Dirimu masih ku tunggu
Dalam paruh waktuku
Sahabat
Aku memuja seraya berdoa
Kesehatan dan keberkahan
Tetap menyertaimu
Bersama KuasaNya
Kau akan bahagia
Sahabat
Ketika hati ini bergeming
Gema Adzan berkumandang
Dikaulah yang membimbing
Ke Surau kecil desa
Bersujud kepadaNya
Hingga raga ini tenang
Sahabat
Sukma melemah
Jiwa berserah
Tak tahu arah
Terhentilah darah
Sahabat
Telah berujung riang
Gaung cinta persaudaraan
Telah kau tebarkan
Mengisi celah darah
Terpendam lubuk dalam
Sahabat
Lukisan kata tepat
Hembusan angin bertempat
Riasan duniawi bersifat
Dalam kota terpadat
Semoga masih sempat
Citra ini terdapat
(Roil Jiwang Muhtadin : Jakarta, 14 Juni 2009)
Sumber: revolusisenja.indosastra.com
Sumber: revolusisenja.indosastra.com
Bunda
Sembilan bulan lamanya
Rahim dalam berada
Janin muda perut bunda
Pengorbanan tiada sia
Akhirnya aku lahir lahir juga
Dunia baru berseru
Pada diriku
Waktu dulu
Pada pangkuanmu
Jasa sejagat
Bercucuran keringat
Masih tetap semangat
Seiring kasih hangat
Dalam dekapan hanyat
Bunda
Waktu terus berporos
Pada kenyatan dunia
Dari balik tubuh polos
Doa pada bunda
Ananda bahagia
Bunda
Lanjut usia
Tetap saja kau setia
Terkadang ananda lupa
Masih terus bunda berdoa
Ku harap tak durhaka
Celakalah ananda
Neraka akan menyapa
Bunda
Ananda yang hina
Berharap tetap berguna
Walau jua tak ada
Selalu berusaha
Semoga bunda bahagia
Dunia memang berbeda
Tak mesti bersama
Bunda tetap di jiwa
Raga ananda,
Tetap bunda
Bunda
Untaian bunga
Ukiran bianglala
Lautan samudera
Intan permata
Kecantikan dunia
Tidak seberapa
Bunda tetaplah bunda
Terkenang sepanjang masa
Tak pernah ada akhirnya
Bunda
Wanita terhebat
Wanita terdekat
Ku kenal kau
Lewat nada merdu
Ku ucap kata ibu
Kaulah pelitaku
Tak akan padam
Terkadang meredam
Tetap tak mendendam
Dari kedingingan malam
Ananda memberi salam
Salam dari gubuk terdalam
Demi kerinduan terpendam
Rahim dalam berada
Janin muda perut bunda
Pengorbanan tiada sia
Akhirnya aku lahir lahir juga
Dunia baru berseru
Pada diriku
Waktu dulu
Pada pangkuanmu
Jasa sejagat
Bercucuran keringat
Masih tetap semangat
Seiring kasih hangat
Dalam dekapan hanyat
Bunda
Waktu terus berporos
Pada kenyatan dunia
Dari balik tubuh polos
Doa pada bunda
Ananda bahagia
Bunda
Lanjut usia
Tetap saja kau setia
Terkadang ananda lupa
Masih terus bunda berdoa
Ku harap tak durhaka
Celakalah ananda
Neraka akan menyapa
Bunda
Ananda yang hina
Berharap tetap berguna
Walau jua tak ada
Selalu berusaha
Semoga bunda bahagia
Dunia memang berbeda
Tak mesti bersama
Bunda tetap di jiwa
Raga ananda,
Tetap bunda
Bunda
Untaian bunga
Ukiran bianglala
Lautan samudera
Intan permata
Kecantikan dunia
Tidak seberapa
Bunda tetaplah bunda
Terkenang sepanjang masa
Tak pernah ada akhirnya
Bunda
Wanita terhebat
Wanita terdekat
Ku kenal kau
Lewat nada merdu
Ku ucap kata ibu
Kaulah pelitaku
Tak akan padam
Terkadang meredam
Tetap tak mendendam
Dari kedingingan malam
Ananda memberi salam
Salam dari gubuk terdalam
Demi kerinduan terpendam
(Roil Jiwang Muhtadin : Jakarta, 14 Juni 209)
Sumber: revolusisenja.indosastra.com
Sumber: revolusisenja.indosastra.com
Langgan: Entri (Atom)
aku mencintaimu dengan hatiku aku menyayangimu dengan jiwaku aku mengasihimu dengan segenap nafasku aku menantimu dengan seluruh sisa hidupku mencintaimu adalah hal terindah untuku menyangimu adalah kebahagiaan hidupku mengasihimu adalah kesempurnaan diriku menantikanmu adalah bukti ketulusan cintaku hidupku................. nafasku................. jiwaku dan............ hatiku .................. semuanya kupersembahkan untuk kesetiaan cinta
aku mencintaimu dengan hatiku aku menyayangimu dengan jiwaku aku mengasihimu dengan segenap nafasku aku menantimu dengan seluruh sisa hidupku mencintaimu adalah hal terindah untuku menyangimu adalah kebahagiaan hidupku mengasihimu adalah kesempurnaan diriku menantikanmu adalah bukti ketulusan cintaku hidupku................. nafasku................. jiwaku dan............ hatiku .................. semuanya kupersembahkan untuk kesetiaan cinta
kembang ungu
Kembang Ungu
Kembang Ayu yang tumbuh di tengah rimbunnya dedaunan. Saat ku menyeruak diantara belukar yang tak rela kuncupmu mengembang , seakan kelopak indahmu terbelenggu… Sungguh...
Kembang Ayu yang tumbuh di tengah rimbunnya dedaunan. Saat ku menyeruak diantara belukar yang tak rela kuncupmu mengembang , seakan kelopak indahmu terbelenggu… Sungguh...
Selasa, 18 Januari 2011
Hati Yang Menjerit..
malam ini terasa hening
tak satupun yg mnemani
membayangkan wajah
yg tak pernah bisa kuu lupaa..
malam ini akuu sendiri
gelap malam terasa mencekam
namun tak pernah bisa
ku lepaskan bayangmuu..
kasih..
apakah kau mendengar jeritan hatikuu??
yang merintih perih,
tersayat karena luka yg kau beriii..
namun kuu tak pernah peduli,,
namun kuu tak pernah berhenti,,
betapapun sakitnya ituu,,
karna akuu begitu sangat menyayangimuu..
tak satupun yg mnemani
membayangkan wajah
yg tak pernah bisa kuu lupaa..
malam ini akuu sendiri
gelap malam terasa mencekam
namun tak pernah bisa
ku lepaskan bayangmuu..
kasih..
apakah kau mendengar jeritan hatikuu??
yang merintih perih,
tersayat karena luka yg kau beriii..
namun kuu tak pernah peduli,,
namun kuu tak pernah berhenti,,
betapapun sakitnya ituu,,
karna akuu begitu sangat menyayangimuu..
Lorong waktu
Kesepian hati…
Adakah benar adalah lorong waktu kebahagiaan ?
Kesunyian hati…
Adakah sungguh adalah suara merdu saat usia senja ?
Aku takut, aku salah kira
Meski kusadari kini ku di tengah itu semua
Aku hanya dapat bertanya
Tanpa sedikitpun kepastian akan jawabnya
Adakah benar adalah lorong waktu kebahagiaan ?
Kesunyian hati…
Adakah sungguh adalah suara merdu saat usia senja ?
Aku takut, aku salah kira
Meski kusadari kini ku di tengah itu semua
Aku hanya dapat bertanya
Tanpa sedikitpun kepastian akan jawabnya
Puisi
Puisi… kutulis dan kurangkai
Saat inspirasi dan sebentuk emosi
Menggerakkan otak dan jemari
Memilih diksi mencari analogi
Meski bukan penyair ku tetap bersyair
Meski bukan pujangga tetap kubersuara
Tak pernah peduli apa mereka bilang
Syair dan Puisi bagiku kebebasan
Puisi… kau caci dan kau puji
Sesuai batas mengarti dan imaji
Terimakasih… ku kan menulis lagi
Meski kosong puji dan caci
Saat inspirasi dan sebentuk emosi
Menggerakkan otak dan jemari
Memilih diksi mencari analogi
Meski bukan penyair ku tetap bersyair
Meski bukan pujangga tetap kubersuara
Tak pernah peduli apa mereka bilang
Syair dan Puisi bagiku kebebasan
Puisi… kau caci dan kau puji
Sesuai batas mengarti dan imaji
Terimakasih… ku kan menulis lagi
Meski kosong puji dan caci
Hati Yang Menjerit..
malam ini terasa heningtak satupun yg mnemani
membayangkan wajah
yg tak pernah bisa kuu lupaa..
malam ini akuu sendiri
gelap malam terasa mencekam
namun tak pernah bisa
ku lepaskan bayangmuu..
kasih..
apakah kau mendengar jeritan hatikuu??
yang merintih perih,
tersayat karena luka yg kau beriii..
namun kuu tak pernah peduli,,
namun kuu tak pernah berhenti,,
betapapun sakitnya ituu,,
karna akuu begitu sangat menyayangimuu..
membayangkan wajah
yg tak pernah bisa kuu lupaa..
malam ini akuu sendiri
gelap malam terasa mencekam
namun tak pernah bisa
ku lepaskan bayangmuu..
kasih..
apakah kau mendengar jeritan hatikuu??
yang merintih perih,
tersayat karena luka yg kau beriii..
namun kuu tak pernah peduli,,
namun kuu tak pernah berhenti,,
betapapun sakitnya ituu,,
karna akuu begitu sangat menyayangimuu..
Langganan:
Postingan (Atom)